Langsung ke konten utama

Cara memahami Bahasa Roh secara Lengkap


Bahasa Roh
Topik bahasa roh dan profetik merupakan topik yang selalu hangat dibicarakan, bahkan dengan banyaknya perbedaan pandangan mengenai topik ini banyak perpecahan terjadi dalam gereja Tuhan. Di antara orang kristen banyak muncul pertanyaan ketika sebagian orang mengalami sendiri bagaimana mereka merasa bisa berbahasa roh dan mendapat karunia-karunia yang tidak dimiliki orang pada umumnya, sementara banyak orang yang tidak mengalami fenomena tersebut meragukan dan cenderung menganggap sesat.
Memang cukup rumit ketika kita mencoba menggali kebenaran mengenai fenomena bahasa roh atau bahasa lidah dalam Alkitab. Kerumitan ini tidak jarang memunculkan pemahaman yang salah dan tanpa sadar terlalu dibesar-besarkan sehingga jemaat  Tuhan justru kehilangan hal yang kebenaran penting yang menyangkut persatuan kita dengan Kristus dan dasar untuk hidup kudus. Karena itu perlu bagi jemaat pada umumnya dan menjadi keinginan penulis pada khususnya untuk mempelajari lebih mendalam tentang fenomena ini, supaya memiliki pemahaman yang benar sehingga jemaat tidak dibingungkan dengan berbagai spekulasi penafsiran dan ajaran-ajaran yang cenderung menyesatkan
Penulis memberankan diri untuk mengupas makalah dengan judul : Bahasa Roh, Karunia atau Tanda dengan maksud untuk menjawab pertanyaan pribadi penulis sendiri tentang topik  bahasa roh sekaligus belajar dalam lingkup mata kuliah Teologi Sistematika. Beberapa sumber didapat dari alkitab berbagai terjemahan, buku-buku referensi, materi dari internet serta wawancara. Pokok bahasan yang dikupas dalam makalah ini meliputi topik bahasa roh, bahasa roh dalam kaitannya dengan baptisan Roh dan Karunia-Karunia Roh, serta  berbagai pengajaran tentang Bahasa Roh.

 Arti kata  Bahasa Roh

Bahasa Roh atau lebih tepatnya  bahasa lidah, dalam bahasa Yunani sering disebut glôssolalia. Meskipun ungkapan ini tidak ada dalam Perjanjian Baru Yunani , Glosolalia merupakan gabungan dari kata glôssa yang berarti lidah, organ tubuh yang digunakan untuk berbicara, dan kata kerja laleô,yang artinya berbicara, berkata, mengeluarkan suara dari mulut.[1]
Istilah ‘bahasa lidah’, ‘bahasa asing’atau ‘bahasa roh’, di dalam Perjanjian Baru menggunakan kata yang sama yaitu 'γλωσσα (glôssa), yang artinya adalah  "lidah". Contohnya dalam kitab Markus 16:17b tertulis : ....mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka”. Ayat tersebut dalam bahasa Yunani dituliskan : 'γλωσσαις λαλησουσιν καιναις (glôssais lalêsousin kainais) yang artinya "berbicara dengan lidah yang 'baru'". Dalam kitab Kisah Para Rasul 2:4 tertulis : “ Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh  Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya..”. Kalimat “berkata-kata dalam bahasa lain” dalam bahasa aslinya ditulis 'lalein heterais glôssais', yang artinya "berbicara dengan lidah yang'lain'".
Mulai Kisah Para Rasul 10:45 dan seterusnya tidak ada lagi kata 'heterôs' (yang lain) maupun 'kainos' (yang baru), melainkan kata kerja λαλεω (laleô) yang artinya “berbicara" dan 'γλωσσα (glôssa'), yang artinya "lidah".
Jadi, baik dalam Kisah Para Rasul maupun surat Korintus menggunakan kata dan ungkapan yang sama yang dewasa ini dikenal dengan 'γλωσσολαλια atau  glôssolalia'. Karena itu dapat dikatakan Bahasa lidah di Kisah Para rasul dan Korintus adalah sama.[2]

Jenis Bahasa Roh
Ada dua jenis bahasa lidah, yaitu bahasa lidah yang dimengerti oleh orang lain (Kisah 2:4) dan bahasa lidah yang harus ditafsirkan karena tidak dimengerti oleh orang lain (1 Korintus 14:2)[3].  Baik bahasa "lidah" atau karunia "lidah" dengan bahasa "roh" itu sama saja. Kedua-duanya diterjemahkan dari kata Yunani ‘glôssa’. Dalam alkitab terjemahan lama sebelum tahun 1974 bahasa roh diterjemahkan dengan bahasa lidah. Karunia roh dalam Kisah Para Rasul 2:4 dimana karunia bahasa-bahasa tersebut dapat dimengerti oleh orang lain yang mendengar, serta bahasa roh yang tertulis dalam surat kiriman Paulus dimana bahasa roh tersebut tidak dimengerti oleh orang lain menggunakan kata yang sama yaitu ‘glôssa’.
                  Kata “Bahasa lidah” yang muncul dalam Kisah Para Rasul pasal 2 merupakan "bahasa-bahasa" (bentuk jamak), tidak berbeda dengan bahasa lidah dalam jemaat Korintus. Kedua-duanya tidak dimengerti oleh pembicara, dalam Kisah Para Rasul hanya dimengerti oleh orang lain, sedangkan dalam Korintus tidak dimengerti orang lain, oleh karena itu memerlukan penafsiran atau penerjemahan. Kata Yunani 'hermêneia' di samping bermakna menafsirkan juga bermakna menterjemahkan (lihat, Yohanes 1:38; 1:42; 9:7; Ibrani 7:2).[4]

Definisi dari karunia Rohani
Ada dua kata yunani yang secara umum digunakan untuk mendefinisikan karunia-karunia Rohani, yaitu Pneumatikos dan Charisma. Kata pneumatikos yang berarti “sesuatu yang dikaitkan dengan Roh Kudus”.Kata Pneumatikos  seperti yang dipakai dalam 1 Kor 12:11 lebih menekankan pada natur rohani dan asal-usul dari karunia rohani, dan menegaskan bahwa itu bukan bakat alamiah tetapi berasal dari Roh Kudus. Sedangkan kata Charisma berarti : pemberian berdasar anugerah. Jadi definisi karunia rohani adalah : “pelimpahan Ilahi akan kemampuan khusus untuk pelayanan atas anggota tubuh kristus.[5]
Dari definisi karunia Roh kita melihat ada dua hal penting disini, yaitu karunia rohani bukanlah bakat yang alamiah yang muncul sejak lahir. Dan yang yang paling penting adalah karunia tersebut digunakan untuk perkembangan Tubuh Kristus. Sebagai contoh jika seseorang merasa memiliki karunia bahasa roh maka seharusnya orang tersebut menggunakan bahasa roh sebagai alat untuk membangun jemaat Tuhan. Tokoh Reformator John Calvin mengatakan semua karunia Roh diberikan kepada orang percaya dengan satu tujuan utama yaitu untuk membangun Tubuh Kristus, sehingga penerapan karunia apapun kalau bukan bertujuan membangun Tubuh Kristus adalah pelanggaran dari tujuan Roh Kudus memberikan karunia-karunia tersebut.[6]

BAHASA ROH SEBAGAI TANDA DAN KARUNIA
Bahasa Roh sebagai Tanda.
Ada beberapa pemahaman yang keliru dalam memahami fenomena bahasa Roh dalam Alkitab. Beberapa pemahaman yang salah tersebut antara lain :

Bahasa Roh sebagai tanda dari Baptisan Roh Kudus.
Bagi aliran Pentakosta dan karismatik seseorang akan mengalami bahasa roh ketika dia mengalami Baptisan Roh Kudus. Bagi mereka Baptisan Roh kudus adalah second blessing setelah orang percaya kepada Tuhan Yesus.[7] Bagi mereka, orang Kristen yang sudah percaya pada Yesus belum tentu dapat berbahasa Roh karena mereka belum menerima Baptisan Roh ini. Contoh seperti para murid Yesus sendiri, sebelum peristiwa Pentakosta, mereka sudah percaya pada Yesus, namun mereka baru bisa berbahasa Roh setelah menerima Baptisan Roh yang terjadi pada peristiwa Pentakosta itu. Bagi mereka kelahiran kembali dan menerima Roh Kudus adalah dua pengalaman berbeda dan tidak sama.[8] Pemahaman ini sangat lemah mengingat tidak ada satu ayat pun dalam alkitab yang memberikan nasehat supaya seseorang dibaptis dengan Roh Kudus, juga dalam nubuatan perjanjian lama. Pada dasarnya baptisan Roh Kudus adalah menjadikan orang percaya sebagai anggota tubuh Kristus. Dan itu terjadi satu kali pada saat terjadinya peristiwa Pentakosta, dimana jemaat Kristen pertama kali terbentuk dan dinyatakan sebagai bagian dari Tubuh Kristus (1 Kor 12:13, Ef 4:5).[9]

Bahasa Roh sebagai tanda dari orang yang sudah diselamatkan.
Beberapa saudara dari golongan injili yang merasa mengalami pengalaman berkata-kata dalam bahasa lidah atau yang berlatar belakang Pentakosta ada yang menganggap Bahasa lidah adalah penggenapan dari Markus 16: 17-18 :”Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya: mereka akan mengusir setan-setan demi nama-Ku, mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka, mereka akan memegang ular, dan sekalipun mereka minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka; mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh”. Ayat ini adalah nubuatan Kristus tentang akan terjadinya peristiwa pentakosta dan kurang tepat jika ayat ini dipakai untuk menunjukkan bahwa orang percaya pasti berbahasa Roh. Jika ayat ini ditafsirkan dengan cara ini maka seharusnya setiap orang percaya tidak hanya bisa berbahasa roh saja, tetapi juga tidak mati karena bisa ular, tidak celaka karena racun dan semua punya kemampuan menyembuhkan.[10]
Lalu apa fungsi bahasa Roh sebagai tanda dalam kehidupan orang percaya. Yang pertama menurut kitab Markus 16:17 adalah bahasa roh yang muncul sebagai salah satu tanda dari tanda-tanda lain, yaitu mujizat dan pengusiran roh jahat yang dilakukan para rasul pada zaman jemaat mula-mula, yang  merupakan tanda bahwa Roh Kudus benar-benar turun ke dunia. Dan Roh kudus tersebut tidak hanya datang bagi bangsa Israel, tetapi juga kepada bangsa-bangsa lain. Konsep ini diperjelas dalam surat Paulus  kepada jemaat Korintus : “Karena itu karunia bahasa roh adalah tanda, bukan untuk orang beriman, tetapi untuk orang yang tidak beriman” (1 Kor 14:22). Apakah yang dimaksudkan Paulus ketika ia berbicara bahwa “bahasa roh adalah tanda?” Di dalam ayat 20, Paulus memperingati orang Korintus, “Saudara-saudara, janganlah sama seperti anak-anak dalam pemikiranmu. Jadilah anak-anak dalam kejahatan, tetapi orang dewasa dalam pemikiranmu!” Dengan perkataan lain, Paulus memberitahukan mereka, “Ketahuilah Alkitabmu! Tidakkah kau tahu tujuan dari bahasa roh?” Paulus kemudian menarik perhatian mereka kepada Perjanjian Lama. Dalam ayat 21, sang Rasul mengutip  Yes 28:11-12b. Konteks Yesaya 28 adalah  penghakiman. Orang-orang Israel telah berulang-ulang berkeras kepala menolak peringatan Tuhan melalui nabiNya. Karena mereka tidak dengar-dengaran akan Firman Tuhan yang dikatakan kepada mereka dalam bahasa mereka sendiri, yaitu, bahasa Ibrani, mereka akan mendengarnya dalam bahasa lain, yaitu, Asyur. “Maka mereka akan mendengarkan firman Tuhan yang begini: ‘Harus ini harus itu, mesti begini mesti begitu,  tambah ini tambah itu!’ supaya  dalam berjalan mereka telentang, sehingga luka, tertangkap dan tertawan” (Yes 28:13). Itu adalah perkataan penghukuman terhadap orang Israel yang tidak percaya. Oleh karena itu, bahasa roh adalah tanda bagi orang Yahudi yang tidak percaya. Orang Yahudi berpikir bahwa mereka adalah bangsa satu-satunya yang diberikan keselamatan oleh Allah. Karunia bahasa roh dimaksudkan untuk mengoreksi konsep yang salah ini.[11] Di dalam Kisah Rasul-rasul 10:11-16 Petrus melalui sebuah penglihatan diperintahkan Tuhan untuk memakan makanan yang menurut hukum taurat adalah haram. Sampai tiga kali Tuhan memerintahkan hal ini dan Tuhan menyatakan bahwa apa yang menajiskan adalah yang keluar dari mulut orang, bukan yang dimakan. Apa yang dinyatakan halal oleh Allah berarti Halal. Hal ini untuk mempersiapkan Petrus untuk melayani Kornelius, seorang yang haram di mata orang Yahudi. Ketika Kornelius memanggil Petrus, dengan patuh pada Tuhan, Petrus pergi melihatnya, dan Alkitab berkata “Ketika Petrus sedang berkata demikian, turunlah Roh Kudus ke atas semua orang yang mendengarkan pemberitaan itu. Dan semua orang percaya dari golongan bersunat yang menyertai Petrus tercengang-cengang, karena melihat, bahwa karunia Roh Kudus dicurahkan ke atas bangsa-bangsa lain juga, sebab mereka mendengar orang-orang itu berkta-kata dalam bahasa roh dan memuliakan Allah” (Kis 10:44-46).

Bahasa Roh sebagai Karunia Rohani.
Bahasa roh sendiri dalam kitab 1 korintus 12 adalah termasuk dalam  9 karunia-karunia Roh yang disebutkan dalam perikop tersebut dimana karunia berbahasa Roh diikuti dengan karunia yang mendukung karunia tersebut, yaitu karunia menafsirkan bahasa Roh (1 Kor 12:10) . Penggunaan Bahasa Roh dalam kehidupan berjemaat diatur tersendiri dalam kitab 1 korintus pasal 14, karena ternyata dalam jemaat korintus terdapat kekacauan dalam ibadah dikarenakan ketidak tertiban jemaat yang merasa memiliki karunia berbahasa roh. Berikut ini adalah penjelasan rasul Paulus mengenai hal-hal penting tentang bahasa Roh, yaitu :
Pertama, Bahasa Roh adalah bukan bahasa manusia.Pada ayat 2 dijelaskan :” oleh Roh ia mengucapkan hal-hal yang rahasia. Jadi seseorang ketika mengucapkan bahasa Roh, sebenarnya ia tidak sedang berbicara sendiri, melainkan Roh yang ada di dalam dirinya itulah yang berbicara”. Jadi Bahasa Roh tidak dapat diajarkan dan dilatih.
Kedua, Bahasa Roh tidak dapat dimengerti oleh yang mengucapkan.
Dalam ayat 14 tertulis : Sebab jika aku berdoa dengan bahasa roh, maka rohkulah yang berdoa, tetapi akal budiku tidak turut berdoa.
dan dijelaskan ayat 16. “Sebab, jika engkau mengucap syukur dengan rohmu saja, bagaimanakah orang biasa yang hadir sebagai pendengar dapat mengatakan "amin" atas pengucapan syukurmu? Bukankah ia tidak tahu apa yang engkau katakan?” Karena itu Paulus mengharuskan adanya tafsiran apabila ada yang berbahasa Roh.
Ketiga, Bahasa Roh diucapkan dalam kondisi sadar dan teratur.
Jika seseorang dikendalikan oleh Roh Kudus maka seharusnya hidupnya makin tertib dan sadar (Ef. 15:18). Dalam ayat 27 dijelaskan :”  Jika ada yang berkata-kata dengan bahasa roh, biarlah dua atau sebanyak-banyaknya tiga orang, seorang demi seorang, dan harus ada seorang lain untuk menafsirkannya. Ada beberapa hal penting disini kata  “jika ada” berarti menunjukkan bahwa bahasa roh tidak harus selalu ada dalam kebaktian.  Dari hal ini jelas bahwa ada dua hal penting yang dijelaskan rasul Paulus dalam suratnya bahwa tidak semua jemaat berbahasa Roh dan jika ada yang berbahasa Roh harus diatur sedemikian rupa dan berguna untuk membangun jemaat, bukan pribadi. Bandingkan dengan fenomena penggunaan dari “bahasa-bahasa” yang sering dipraktekkan dalam gereja beraliran kharismatik masa kini yang mereka anggap bahasa Roh, cenderung mendorong seluruh jemaat menggunakannya bahkan melatihkannya dan tidak memenuhi kaidah-kaidah yang diperintahkan rasul Paulus. Bagi mereka yang mampu mengucapkannya menjadi pengalaman spiritual tersendiri namun bagi jemaat yang (secara jujur) merasa tidak mampu mengucapkannya menjadi merasa tersisih dan terkucil karena merasa tidak memiliki “tanda-tanda” sebagai orang yang sudah diselamatkan dan mengalami baptisan Roh Kudus. Jika kondisinya demikian sulit untuk  dikatakan bahwa “bahasa-bahasa” tersebut adalah karunia, karena justru tidak mendatangkan damai sejahtera tapi justru mendatangkan perpecahan.
Profetik
Kata “profetik” berasal dari bahasa inggris prophetical yang mempunyai makna Kenabian atau sifat yang ada dalam diri seorang nabi. Yaitu sifat nabi yang mempunyai ciri sebagai manusia yang ideal secara spiritual-individual, tetapi juga menjadi pelopor perubahan, membimbing masyarakat ke arah perbaikan dan melakukan perjuangan tanpa henti melawan penindasan.[12]
Kisah Para Rasul 2:17 dan Yoel 2:28  “Akan terjadi pada hari-hari terakhir, demikianlah firman Allah bahwa Aku akan mencurahkan Roh-Ku ke atas semua manusia; maka anak-anakmu laki-laki dan perempuan akan bernubuat, dan teruna-terunamu akan mendapat penglihatan-penglihatan, dan orang-orangmu yang tua akan mendapat mimpi”. Berikut ini beberepa hal yang dapat dilakukan oleh seorang nabi.

BERNUBUAT (PROPHESY)
Kata “bernubuat” dalam bahasa Ibrani adalah nābā’(verb), “to prophesy” (bhs. Inggris) digunakan untuk menggambarkan fungsi nabi yang sejisungguhnya sebagai “juru bicara” Allah (penyambung/perantara pesan Allah) kepada umat dibawah kontrol/pengaruh dan pimpinan Roh Kudus (I Raja-raja 22:8; Yeremia 29:27; Yehezkiel 37:10). Bernubuat adalah suatu tugas yang tidak dapat dihindari oleh seorang nabi (Amos 3:8b).[13] ”Bernubuat” adalah jauh melebihi dari sekedar meramalkan kejadian-kejadian di masa yang akan datang. Tentunya, yang menjadi perhatian utama dari seorang nabi adalah menyampaikan firman Allah kepada umat, memanggil mereka untuk mengadakan perjanjian iman (mis. nubuatan nabi Yunus tentang Niniwe).  Dalam bahasa Greek, prophēteuō (verb) digunakan untuk (a) yang terutama adalah terus memberitahukan nasihat-nasihat ilahi (I Korintus 14:3-5; Wahyu 11:3); (b) menceritakan terlebih dahulu (dimasa kini) tentang kejadian-kejadian yang berlangsung di masa yang akan datang (Yohanes 11:5; I Petrus 1:10; Yudas 14). Rasul Paulus memberi definisi sederhana tentang nubuat dalam suratnya kepada jemaat Tuhan yang ada di Korintus (1 Korintus 14:3) : “tetapi siapa yang bernubuat ia berkata-kata kepada manusia, ia membangun, menasihati dan menghibur.”  Bernubuat adalah berbicara dengan tujuan menguatkan, memberi semangat dan menghibur orang lain. Namun nubuat bukan sekedar perkataan manusia, melainkan perkataan ilahi. Dalam istilah sederhana, nubuat adalah mendengar dari Allah dan memperkatakan apa yang didengar dengan tujuan membangun, menghibur dan memberi semangat kepada orang lain. Bernubuat adalah mendengar dari Allah dan berbicara kepada manusia. Bernubuat dapat juga didefinisikan sebagai perkataan-perkataan yang disampaikan oleh seorang nabi atau mereka yang dikaruniai roh nabi karena Tuhan (2 Petrus 1:21). Bernubuat berarti berbicara bagi Allah (Amos 7:15), atau menulis apa yang diilhamkan Allah (Kitab Wahyu).

MEMAHAMI NUBUATAN
Bernubuat adalah suatu karunia Roh Kudus. Ia bukanlah milik seseorang. Roh Kudus memberikan karunia-karunia kepada orang-orang secara khusus, sebagaimana yang Ia kehendaki. Setiap orang bisa dipakai di dalam karunia bernubuat ini asalkan mereka adalah orang-orang percaya yang sudah lahir baru, dipenuhi dengan Roh Kudus, dan juga mereka terbuka terhadap manisfestasi supranatural. Orang-orang Kristen yang dipenuhi dengan Roh Kudus dan bisa bernubuat tidak berarti bahwa mereka itu adalah nabi. Nubuatan memberikan pernyataan maksud Allah didalam situasi yang sedang kita hadapi. Kita bisa memahaminya dengan lebih baik jika kita berpikir dari segi pikiran dan hati. Nubuatan seringkali menyingkapkan isi hati Allah. Perkataan nubuatan memiliki kekuatan pengaruh yang berbeda, sesuai dengan situasi, keadaan, tingkat iman dan pemahaman dari pihak yang menerima; dan juga tergantung pada kemampuan, pengalaman, pemahaman dan hubungan dari pihak penyampai dengan Roh Kudus. Karunia bernubuat juga memiliki aspek masa depan terhadap sesuatu hal. Dinyatakan saat ini, namun belum terjadi. Kitab Wahyu merupakan contoh utama tentang pernyataan nubuatan. Hampir seluruh halaman dari kitab ini berisikan nubuatan, berkenaan dengan nubuatan yang akan terjadi, ramalan dan perkiraan. Karunia bernubuat bisa sangat pribadi seperti mempersatukan orang-orang didalam kesatuan dan kebersamaan di hadapan Allah. Banyak kata-kata nubuatan didalam ayat-ayat Alkitab yang diberikan kepada pribadi-pribadi. Kata-kata ini adalah kata-kata berkat, dorongan, peringatan, pengarahan, koreksi dan penghukuman.[14]

 NILAI NUBUATAN
Pertama, Nubuatan membangun, menasehati, dan menghibur jemaat (I Kor. 14:3).
Kedua, Nubuatan bisa membawa koreksi dan peringatan (Wahyu 2 dan 3)
Ketiga, Nubuatan bisa menyediakan terobosan pemberitaan Injil (I Kor. 14:24-25).
Keempat, Nubuatan penting sekali dlm peperangan rohani (I Tim. 1:18; 2 Taw. 20:14-17; Yos. 6:1-5)[15].

KOMPONEN NUBUAT
Setiap perkataan nubuat pada dasarnya terdiri dari tiga (3) komponen berbeda. Komponen-komponen ini adalah : pewahyuan, penafsiran, dan penerapan. Isi dari setiap komponen ini seringkali berbeda, tetapi mereka menyatu untuk menghasilkan suatu perkataan.
Pertama,  Pewahyuan merupakan  perkataan nubuat atau informasi yang kita terima dari Allah. Informasi ini diberikan Allah, tanpa akal jasmani kita mengetahui informasi tersebut sebelumnya. Pewahyuan pada dasarnya adalah pengetahuan atau informasi yang tidak kita ketahui kecuali Allah yang menyatakannya kepada kita. Wahyu datang dalam berbagai bentuk dan tingkat yang berbeda. Pewahyuan dapat dinyatakan melalui sebuah mimpi, penglihatan, kesan atau pemberitahuan.
Kedua, Penafsiran adalah pengertian yang Allah berikan mengenai wahyu yang kita terima dari Tuhan. Penafsiran adalah bagian dari nubuat tentang “Apa yang Tuhan katakan?” atau “Apakah arti dari wahyu tersebut?”.
Ketiga, Penerapan merupakan komponen ketiga dari perkataan nubuat adalah penerapan. Ini adalah pengertian tentang bagaimana kita menerapkan atau mendayagunakan wahyu dan penafsiran yang kita terima. Penerapan ini adalah bagian nubuat tentang apa yang kita lakukan dengan pesan Tuhan ini, seringkali penerapan bukanlah pekerjaan kita, melainkan lebih kepada orang yang menerima perkataan nubuat untuk menetapkan apa yang seharusnya ia lakukan sebagai hasil dari perkataan nubuat tersebut[16].

PENGLIHATAN (VISION) DAN MIMPI (DREAM)
Penglihatan berasal dari bahasa Ibrani : hāzōn, Yunani : horama, Inggris : vision, sight, a spectacle, appearance, yang hampir selalu menandakan suatu arti pewahyuan ilahi[17].
Pertama, kata hāzōn menunjuk pada pengertian dari “visi kenabian/profetik” dimana pesan-pesan ilahi di komunikasikan (Yehezkiel 12:21-22).
Kedua, kata ini juga berarti menampilkan kembali pesan yang diterima melalui penglihatan profetik (Amsal 29:18). Ketiga, arti kata hāzōn yang lainnya adalah menyajikan/menampilkan kembali secara keseluruhan dari pesan kenabian/nabi, seperti yang tercatat dalam Yesaya 1:1. Jadi, kata hāzōn menunjuk pada hubungan antara isi fokus komunikasi ilahi dengan pengertian-pengertian dari pesan-pesan tersebut yang tidak dapat dipisahkan. Mimpi berasal dari kata halôm (bhs. Ibrani), onar/enupnion (bhs. Greek), dream (bhs. Inggris), yang berarti mimpi yang biasa dialami seseorang dalam ketidurannya (Ayub 7:14; Mat. 2:19-22) tetapi arti terpenting dalam penggunaan kata ini adalah menunjuk/mengarah pada “mimpi nabi” dan/atau “visi nabi”. Dan ini berarti bahwa sebuah mimpi adalah juga sebuah penyataan ataupun penampakkan (Kejadian 20:3; Matius 27:19).
Penglihatan adalah salah satu cara Allah dalam menyampaikan maksud ataupun rencana-rencanaNya kepada seseorang yang dipilihNya dalam keadaan sadar diri (tidak sedang tidur) mengenai orang lain, kelompok orang, suku ataupun bangsa. Orang yang dipilih Allah tersebut di beri karunia nabi atau diangkat sebagai nabi oleh Allah sendiri dan Allah juga memberi pengertian untuk menafsirkan penglihatan tersebut.[18]
Mimpi adalah pembentukan imajinasi alam bawah sadar dalam bentuk gambaran yang bergerak seperti film yang dialami/dilihat seseorang ketika sedang tertidur. Mimpi bisa terjadi sebagai suatu bentuk pengulangan kegiatan seseorang yang pernah dilakukannya dalam alam sadar atau dengan lain perkataan, mimpi itu terbentuk dari “rekayasa” pikiran dan perasaan dibawah kontrol alam tak sadar seseorang sehingga membuatnya seperti hidup dan melakukan segala sesuatu di alam mimpi itu.  Tetapi mimpi, bisa merupakan suatu gambaran bergerak yang di karuniakan Tuhan Allah kepada seseorang sebagai bentuk komunikasi antara Allah dengannya ketika orang tersebut sedang tertidur dengan maksud-maksud tertentu seperti “memberi peringatan/menegur, dorongan, memulihkan, memberi petunjuk ataupun pengajaran”. Dan biasanya mimpi yang diberikan Tuhan kepada seseorang dapat ditafsirkan langsung oleh orang tersebut atau Tuhan memakai orang lain untuk memberitahukan/ menafsirkan arti mimpi tersebut (baca, Bilangan 12:6; Kejadian 40 & 41; Daniel 1:17).[19]

JENIS-JENIS PENGLIHATAN DAN MIMPI
Ada berbagai cara Allah berbicara kepada kita yang secara umum termasuk dalam kategori penglihatan. Dalam skala pewahyuan profetik, secara umum penglihatan merupakan pewahyuan yang lebih tinggi dari impresi/kesan sebab sifatnya lebih obyektif.
Pertama, Penglihatan-penglihatan sekilas dalam Roh.Ini merupakan jenis penglihatan yang paling rendah dan merupakan gambar internal yang kita terima dari Tuhan yang berlalu dengan cepat. Penglihatan-penglihatan sekilas ini biasanya bersifat simbolik. Misalnya, pada saat kita berdoa untuk orang lain, Tuhan memberi penglihatan sekilas di dalam roh kita yang mungkin pada awalnya tidak dimengerti. Tetapi kita harus berdoa untuk mendapatkan intepretasi supaya dapat mengerti apa yang sedang Allah katakan. Biasanya, jenis penglihatan ini muncul ketika kita sedang berdoa dalam pengurapan Roh Kudus (Yudas 20).
Kedua, Penglihatan internal. Penglihatan-penglihatan ini lebih jelas bila dibandingkan dengan penglihatan sekilas. Penglihatan ini lebih dari sekedar gambar; ia memiliki “alur cerita” dari kejadian-kejadian yang transparan dengan tingkat pewahyuan yang lebih tinggi. Penglihatan jenis ini dapat diinterupsi oleh berbagai gangguan sehingga diperlukan fokus yang baik untuk mencegahnya agar tidak hilang.
Ketiga, Penglihatan-penglihatan terbuka.Jenis penglihatan ini diterima ketika mata kita terbuka dan tidak berhenti oleh karena gangguan-gangguan. Penglihatan ini dapat mulai dan berlanjut bahkan ketika kita terlibat di dalam aktivitas yang menyita perhatian. Hampir sama dengan melihat sebuah pemandangan yang diterjemahkan secara fisik seperti di dalam pemandangan sebuah film (Keluaran 3:3).[20]

MIMPI
Mimpi merupakan cara lain yang umum dipakai Tuhan untuk berbicara. Di dalam 2 pasal pertama Injil Matius, diceritakan tentang bagaimana Yusuf mendapat 4 mimpi yang berbeda dari Allah yang bersifat perintah (Matius 1:20; 2:13; 2:20; 2:22). Ada beberapa jenis mimpi berbeda yang diberikan Tuhan.
Pertama, Mimpi secara harafiah. Mimpi hanyalah sebuah sketsa singkat, menunjukkan kepada kita hari-hari yang akan datang pada keadaan tertentu. Mimpi jenis ini lebih mudah dimengerti karena hanya memerlukan sedikit interpretasi atau tanpa interpretasi sama sekali.
Kedua, Mimpi simbolik. Jenis mimpi ini harus diinterpretasi dengan hati-hati dan sering dengan lebih banyak doa dan meditasi. Beberapa mimpi simbolik merupakan cara yang sangat pribadi yang Allah pakai untuk berbicara kepada orang-orang mengenai keputusan yang mereka hadapi.
Ketiga, Mimpi tentang malaikat-malaikat atau Tuhan. Beberapa mimpi berisikan hanya tentang malaikat atau Tuhan yang berbicara kepada kita. Hal bukanlah kunjungan malaikat, melainkan mimpi, yang merupakan pewahyuan tingkat tinggi. Dalam Alkitab terdapat beberapa contoh mengenai mimpi jenis ini (Kejadian 20:3, 31-34; I Raja-raja 3:5-15; Matius 1:20; 2:12-13).[21]

MENGUJI PENGLIHATAN DAN MIMPI
Pastilah orang bertanya-tanya, Bagaimana bisa membedakan apakah suatu penglihatan atau mimpi berasal dari Tuhan, manusia atau iblis.
Secara teologis, terdapat 4 cara yang bisa dipakai untuk membantu kita membedakan antara penglihatan yang menggunakan imajinasi-perenungan manusia secara alkitabiah, penglihatan yang bersifat kedagingan atau yang dari Iblis. Dapat pula digunakan untuk membedakan antara mimpi yang menggunakan imajinasi-meditasi yang ilahi, yang bersifat kedagingan atau mimpi biasa.
Pertama, Mutlak harus selaras dengan pengajaran Firman TUHAN. (2 Tim. 3:16-17; KPR. 17:10-11;24:14; 1 Kor. 4:6;14:37-38; Mark 7 7:1-13; Yos. 1:8; Yoh. 10:35; Rom.15:4; 2 Pet. 1:20-21).
Kedua, Kesaksian batiniah, yakni kita harus bisa membedakan apakah Roh Kudus meneguhkan roh kita bahwa mimpi atau penglihatan itu berasal dari Tuhan. (Rom 8:16; Kol. 3:15; Filp. 4:7)
Ketiga, Harus digenapi jika penglihatan dan mimpi tersebut berbicara tentang sesuatu yang akan terjadi di masa depan. (Ul. 18:21-22; bandingkan Bil. 12:6).
Keempat, Harus memotivasi kita untuk taat pada Firman TUHAN dan lebih mengasihi TUHAN, Allah pencipta langit dan bumi. (Ul. 13:1-4).[22]



Komentar

CHOICE

Konsep Penyucian/Pengudusan (Santification)

Konsep Penyucian/Pengudusan (Santification ) Penyucian atau pengudusan adalah pemisahan untuk maksud khusus yang meliputi penyerahan diri. Dalam PL biasanya imam-imam, nabi-nabi, bait Allah, dipisahkan untuk pelayanan lepada Allah. [1] Istilah Penyucian atau pengudusan dalam bahasa Ibrani “qados atau qodes” yang berarti menyucikan. Dalam Perjanjian Baru kata Penyucian atau pengudusan “hagiazo” yang berasal dari kata hagios yang artinya pemisahan. Secara teologis, kata pengudusan berarti dipisahkan dan disisihkan dari dosa atau dipisahkan dari dunia dalam arti bahwa segala sesuatu yang berasal dari dunia merupakan bukan milik Allah, oleh karena itu harus dijadikan kudus, dengan tujuan agar sesuai dengan sifat dan karakter Allah yang kudus. Jadi dalam hal ini standar kekudusan manusia berada dalam tangan Allah melalui penebusan Kristus bagi umat-Nya (I Kor. 1:13). [2] Dasar Pengudusan Dalam hubungan dengan pengalam Kristen penyucian meliputi tiga dasar utama yaitu. Perta

Mengenal Kitab Torah (Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan, Ulangan)

Kitab Kejadian Kalimat pertama pada satu-satunya wahyu Allah kepada manusia ini diawali dengan perkataan: Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi ( Kejadian 1:1 ). Kitab Kejadian adalah buku pertama dari lima buku yang diilhamkan Allah kepada Musa untuk ditulis. [1] Pemahaman tentang Kejadian sangat penting agar kita dapat memperoleh pengetian mengenai Sang Pencipta kita dan rencanaNya bagi kehidupan kita. Kejadian mengungkapkan kebenaran-kebenaran mendasar mengenai Allah sebagai Pencipta, Penyelamat yang penuh kemurahan, Pemimpin, dan Pemelihara, serta Hakim bagi mereka yang tidak memperdulikanNya. [2] Kitab ini berisi satu-satunya laporan yang akurat mengenai asal usul dunia ini; penciptaan manusia, penetapan perkawinan, dan keluarga serta bagaimana kita ditetapkan untuk mengalami kematian karena dosa maupun apa yang kita harus lakukan untuk beroleh hidup kekal. Ketika Yesus ditanya oleh para pengeritikNya mengenai perceraian, Ia tidak hanya menegaskan tentang k

Konsep Pendamaian (Reconciliation)

Konsep Pendamaian (Reconciliation) Konsep pendamaian bukan hal baru diketahui akan tetapi konsep ini sudah ada dalam Perjanjian Lama Yesaya 53:5. [1] Walvoord, menungkapkan kata pendamaian dalam Perjanjian Lama diartikan “Kaphar” (Im. 6:30; 8: 15; 16:20; Yeh. 45:15; 17; 20; Dan. 9:24). Kata ini dipakai orang untuk menutup kapal kayu dengan pakal (Kej. 6:14) akan tetapi diterjemahkan dalam bentuk lain yaitu “Piel” artinya memperoleh pengampunan atau memperdamaikan. [2] Kata pendamaian berasal Yunani “ Katallage dan Katallaso” artinya penyesuaian perbedaan yang menimbulkan permusuhan dua pihak dengan menggunakan alat penukar tertentu. Sehingga lewat itu hubungan atau relasi baru tercipta. [3] Hal senanda juga diungkapkan oleh Walvoord, kata pendamaian berasal dari bahasa Yunani Kattallaso (Rm. 5:10; 1Kor. 7: 11; 2 Kor. 5:18-20) dan Katallage (Rm. 5:11; 11:15; 2 Kor. 5: 18-19) yang memiliki pengertian memperdamaikan sepenuhnya. [4] Dalam Roma   10- 11 menungkapkan Sebab ji

SOTERIOLOGI (KESELAMATAN)

SOTERIOLOGI (KESELAMATAN) Tidak ada doktrin yang lebih memerlukan penjelasan yang terang dan jelas dari doktrin keselamatan. Dari sudut rohani, pengetahuan tentang doktrin ini menjadi soal hidup dan mati. Tidak dapat dipungkirin bahwa didunia ini banyak orang memeluk faham Universalisme atau telah berpaling kepada sinkritisme. Itulah sebabnya penjelasan firman Tuhan yang berhubungan dengan diktrin keselamatan menjada sangat penting. Untuk jangka waktu yang cukup lama, teologi telah dianggap sebagai ratu ilmu pengetahuan sedangkan teologi sistematika disebut sebagai mahkota sang ratu. Istilah teologi berasal dari kalimat kata yunani yaitu theos dan logos. Theos berarti “Allah” dan Logos berarti “kata” atau wejangan atau ajaran. Dengan demikian secara sempit Teologi dapat diartikan sebagai ajaran tentang Allah. [1] namun dalam artian yang lebih luas dan lebih umum, teologi kemudian mendapatkan pemahaman sebagai ajaran yang menyeluruh tentang kekristenan dan bukan hanya ajaran t

MENGENAL KITAB EZRA

KITAB EZRA PENULIS, TEMA DAN TANGGAL PENULISAN Kitab ini ditulis oleh Ezra sendiri dengan tema “Pemulihan Kaum Sisa”, ditulis pada 450-450 SM. LATAR BELAKANG Kitab Ezra adalah bagian dari sejarah yang berkesinambungan dari orang Yahudi yang ditulis setelah masa pembuangan, terdiri atas 1 dan 2 Tawarikh, Ezra, dan Nehemia. Dalam PL Ibrani, Ezra dan Nehemia semulanya satu kitab sebagaimana halnya 1 dan 2 Tawarikh. Para ahli Alkitab pada umumnya beranggapan bahwa sejarah yang disajikan dalam kitab-kitab ini pertama-tama merupakan karya yang terilham dari seorang pengarang pada masa pasca pembuangan. Sekalipun penulisnya tidak pernah disebutkan dalam Alkitab, tetapi hampir semua sumber Yahudi dan Kristen, serta juga banyak ahli modern, percaya bahwa pengarangnya adalah Ezra, imam dan ahli Taurat itu. Menurut tradisi, Ezralah yang mengumpulkan semua kitab PL menjadi satu unit, memulai bentuk ibadah yang dipakai di sinagoge dan mendirikan Sinagoge Besar di Yerusalem di mana k

HIDUP YANG BERDAMPAK

Matius 5:13-16 "Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga." (Matius 5:16) Saya percaya setiap orang memiliki potensi memengaruhi orang lain di sekitarnya. Pengaruh itu bisa saja positif dan negatif. Orang yang membawa pengaruh positif biasanya disebut  motivator  atau  inspirator, di mana keberadaannya mampu memotivasi orang lain mengikuti jejaknya atau menjadi inspirasi bagi orang lain. Akan teyapi orang yang membawa pengaruh negatif atau buruk terhadap orang lain biasanya disebut  provokator:  ia memprovokasi orang lain untuk melakukan tindakan yang negatif. Begitu pula dalam kehidupan percaya kita. Tuhan menginginkan setiap orang percaya memiliki kehidupan yang berdampak atau berpengaruh bagi dunia. Dampak atau pengaruh yang dimaksudkan adalah positif, bukan negatif. Dengan kata lain kita harus bisa memengaruhi orang-orang sekitar melalui teladan hidup yang positif dan m

Bertahan Dalam Penolakan

Markus 6:1-5  Kemudian Yesus berangkat dari situ dan tiba di tempat asal-Nya, sedang murid-murid-Nya mengikuti Dia. Pada hari Sabat Ia mulai mengajar di rumah ibadat dan jemaat yang besar takjub ketika mendengar Dia dan mereka berkata: "Dari mana diperoleh-Nya semuanya itu? Hikmat apa pulakah yang diberikan kepada-Nya? Dan mujizat-mujizat yang demikian bagaimanakah dapat diadakan oleh tangan-Nya? Bukankah Ia ini tukang kayu, anak Maria, saudara Yakobus, Yoses, Yudas dan Simon? Dan bukankah saudara-saudara-Nya yang perempuan ada bersama kita?" Lalu mereka kecewa dan menolak Dia. Maka Yesus berkata kepada mereka: "Seorang nabi dihormati di mana-mana kecuali di tempat asalnya sendiri, di antara kaum keluarganya dan di rumahnya." Ia tidak dapat mengadakan satu mujizat pun di sana, kecuali menyembuhkan beberapa orang sakit dengan meletakkan tangan-Nya atas mereka. Berdiri tegak ditengah penolakan Ditolak bukan hal yang di senangi Ditolak bukan tujuan semua o

INTEGRITAS HARGA MATI

Daniel 6 " Allahku telah mengutus malaikat-Nya untuk mengatupkan mulut singa-singa itu, sehingga mereka tidak mengapa-apakan aku,..." (Daniel 6:23) Ketika berada dalam kesulitan, tekanan atau masalah berat biasanya orang mudah sekali melupakan Tuhan, karena mata jasmaninya hanya tertuju kepada besarnya masalah. Daniel adalah salah satu tokoh besar di Alkitab yang pernah melewati masa-masa sulit dalam hidupnya. Kala itu para pejabat tinggi pemerintahan Darius berusaha mencari alasan untuk menuduh dan menyalahkan Daniel dengan meminta raja mengeluarkan surat ketetapan: melarang semua orang menyembah Tuhan, dewa atau manusia lain kecuali kepada raja, dan bagi yang melanggar akan dilemparkan ke gua singa. Siapa Daniel? Daniel Adalah tawanan perang yang ditangkap raja Nebukadnezar yang bersama dengan orang-orang Yahudi dari keluarga raja atau pejabat lainnya diangkut ke Babel untuk dididik dan diperkerjakan di pemerintahan; Daniel bekerja di bawah pemerintahan raja Nebukadnezar