Kitab
Kejadian
Kalimat pertama pada satu-satunya wahyu Allah kepada manusia ini diawali
dengan perkataan: Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi (Kejadian 1:1). Kitab Kejadian adalah buku
pertama dari lima buku yang diilhamkan Allah kepada Musa untuk ditulis.[1] Pemahaman tentang Kejadian sangat
penting agar kita dapat memperoleh pengetian mengenai Sang Pencipta kita dan
rencanaNya bagi kehidupan kita. Kejadian mengungkapkan kebenaran-kebenaran
mendasar mengenai Allah sebagai Pencipta, Penyelamat yang penuh kemurahan, Pemimpin,
dan Pemelihara, serta Hakim bagi mereka yang tidak memperdulikanNya.[2]
Kitab ini berisi satu-satunya laporan yang akurat mengenai asal usul dunia ini;
penciptaan manusia, penetapan perkawinan, dan keluarga serta bagaimana kita
ditetapkan untuk mengalami kematian karena dosa maupun apa yang kita harus
lakukan untuk beroleh hidup kekal.
Ketika Yesus ditanya oleh para pengeritikNya mengenai perceraian, Ia tidak
hanya menegaskan tentang keabsahan kitab Kejadian, melainkan Ia juga
membeberkan kepalsuan Teori Evolusi. Kristus mengutip kitab
Kejadian dengan mengatakan: Tidakkah kamu baca, bahwa Ia yang menciptakan manusia sejak semula menjadikan mereka laki-laki dan perempuan? Dan firmanNya: Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging? (Matius 19:4-6; Kejadian 1:27; 2:24). Kristus pula menegaskan tentang hubungan Kitab Kejadian dengan iman seseorang kepadaNya, dengan berkata: Sebab jikalau kamu percaya kepada Musa, tentu kamu akan percaya juga kepadaKu, sebab ia telah menulis tentang Aku (Yohanes 5:46).[3]
Kejadian dengan mengatakan: Tidakkah kamu baca, bahwa Ia yang menciptakan manusia sejak semula menjadikan mereka laki-laki dan perempuan? Dan firmanNya: Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging? (Matius 19:4-6; Kejadian 1:27; 2:24). Kristus pula menegaskan tentang hubungan Kitab Kejadian dengan iman seseorang kepadaNya, dengan berkata: Sebab jikalau kamu percaya kepada Musa, tentu kamu akan percaya juga kepadaKu, sebab ia telah menulis tentang Aku (Yohanes 5:46).[3]
Kehandalan historis dari Kitab Kejadian jelas nyata dalam Injil Matius
ketika Yesus berbicara tentang Nuh (Matius
24:37-38; Kejadian 6:5,13; 7:6-23), dan tentang Sodom dan Gomorah (Matius 10:15; Kejadian 19:24-25). Firman Tuhan tidak perlu pengukuhan dari pihak
manusia; apabila kesimpulan yang diambil oleh para arkeolog atau astronom
bertentangan dengan Firman Allah, maka itu jelas membuktikan bahwa kesimpulan
berdasarkan pikiran para ilmuwan yang terbatas itu telah keliru.[4]
Allah Tritunggal terlihat dalam fasal 1 yang mengatakan: Allah
menciptakan ..... Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air .... Baiklah
Kita menciptakan manusia menurut gambar dan rupa Kita (Kejadian 1:1-2,26). Yesus juga mengatakan: Segala sesuatu dijadikan
oleh Dia (Yohanes 1:3. Tujuan Alkitab bukan untuk
menjadikan kita sebagai astronom, geolog, atau antropolog, melainkan untuk
menuntun kita agar kita dapat menjadi manusia yang sesuai dengan tujuan
penciptaan Allah terhadap kita. Selanjutnya, Alkitab adalah Satu-satunya Sumber
yang benar untuk memahami tujuan hidup manusia, serta menyiapkan kita
memperoleh kehidupan kekal di Sorga bersama-sama dengan Sang Pencipta kita.
Fasal 1 -- 11 mencatat tentang 2.000 tahun
pertama dari sejarah manusia. Sepanjang periode itu, enam peristiwa penting
terjadi: (1) penciptaan segala sesuatu; (2) dosa Adam dan Hawa; (3) 1500 tahun
kemudian, pembangunan bahtra oleh Nuh; (4) Air Bah; (5) 300 tahun kemudian,
pembangunan menara Babel; dan (6) pengacauan bahasa manusia.[5]
Fasal 12 -- 50 mencakup 500 tahun* berikutnya yang menyoroti kehidupan empat tokoh yaitu
Abraham, Ishak, Yakub, dan Yusuf. Melalui tokoh-tokoh ini, kita menyaksikan
kasih dan kesediaan Allah untuk melindungi dan memelihara umatNya.[6]
Jadi kitab Kejadian
mengantar pembaca untuk melihat karya penebusan Allah, sebagaimana Wahyu, kitab
terakhir, menubuatkan tentang bagaimana segala sesuatu yang ada sekarang akan
berakhir pada permulaan kekekalan itu.
Kitab
Keluaran
Fasal-fasal terakhir dalam Kejadian menceritakan bagaimana Yakub dan
keluarganya berangkat ke Mesir pada waktu Yusuf sedang menduduki jabatan
tertinggi di bawah raja Firaon di Mesir. Pada waktu itu, keluarga Yakub
berjumlah 70 orang. Karena Yusuflah maka Firaun memberikan tanah Gosen, suatu
kawasan yang sangat subur di Mesir, sebagai tempat kediaman umat Israel.
Setelah kematian Yusuf, martabat yang tinggi yang pernah dirasakan umat Israel
di Mesir berangsur pudar.[7]
Keluaran berarti “keberangkatan” (Ibrani 11:22). Kitab ini melanjutkan cerita
tentang sejarah keturunan ke dua belas anak Yakub. Dalam fasal pertama kitab
ini, hanya dua ayat singkat (Keluaran
1:11-12) yang menceritakan tentang perkataan yang difirmankan Allah kepada
Abraham: Keturunanmu akan menjadi orang asing dalam suatu negeri, yang bukan
kepunyaan mereka, dan bahwa mereka akan diperbudak dan dianiaya, empat ratus
tahun lamanya (Kejadian
15:13; Kisah 7:6).[8]
Fasal 1 - 11 mencakup periode ketika bangsa Israel diperbudak oleh bangsa Mesir dan
mengalami banyak penganiayaan. Sesuai waktu yang telah ditetapkanNya, Allah
menyuruh Musa menimpakan ke seuluh bela (bencana) ke atas Mesir. Mengenai bela
yang ke sepuluh dan yang terparah itu, kita membaca: Sebab pada malam ini
Aku akan menjalani tanah Mesir, dan semua anak sulung dari anak manusia sampai
anak binatang, akan Kubunuh, dan kepada semua allah di Mesir akan Kujatuhkan
hukuman, Akullah, Tuhan (Keluaran
12:12). Ia
mengutus malaikat maut ke seluruh negeri yang tidak percaya itu untuk
melaksanakan perintahNya.[9]
Fasal 12 -- 13 menyiapkan cara kelepasan yang ajaib bangsa Israel dari tangan bangsa
Mesir. Ini terjadi karena ketaatan mereka ketika mereka dengan iman membubuhkan
darah ke atas pintu rumah, memakan daging anak domba Paskah dan roti yang tidak
beragi dengan terburu-buru, dan bersiap berangkat sesuai perintah Musa. Pada
waktu mereka dilepaskan dari perbudakan, jumlah umat Israel adalah 600,000
orang. Jumlah ini tidak termasuk wanita dan anak-anak maupun orang-orang dari
berbagai bangsa yang ikut dengan mereka (Keluaran 12:37-38). Jumlah keseluruhan diperkirakan dua juta orang yang
berangkat dari Mesir setelah perhambaaan selama 400 tahun, seperti yang telah
diberitahukan sebelumnya (Kejadian
15:13).[10]
Fasal 14 -- 18 melaporkan tentang perjalanan bangsa Israel dari Laut Mati ke Gunung
Sinai, yang berlangsung selama kira-kira 50 hari.
Fasal 19 -- 40 terjadi di Gunung Sinai yang mencakup hanya kira-kira 11 bulan. Di tempat
ini Allah memberikan Ke Sepuluh HukumNya dan petunjuk rinci mengenai
pembangunan Kemah Suci serta persembahan korban.[11]
Kemah Suci melambangkan kehidupan dan misi Kristus. Mulai dari sejak imam
memasuki kawasan tertutup di pelataran Kemah Suci sampai ia memasuki Ruang Maha
Suci, setiap prosedur melambangkan tentang Kristus dan hubungan orang percaya
dengan Tuhan.[12]
Jadi, Kitab Keluaran menceritakan bagaimana Allah memenuhi
janji-janji yang telah disampaikanNya kepada Abraham serta perlindungan dan
pemeliharaan Tuhan terhadap umatNya dalam menghadapi berbagai kesulitan dan
musuh-musuh mereka yang kejam.
Kitab imamat
kitab ini. Walaupun keimaman Lewi dan sistim pengorbanan telah berhenti,
namun prinsip-prinsip yang sama ini masih cocok diterapkan bagi orang-orang
Kristen pada masa kini. Karena tanpa kekudusan, tidak seorangpun melihat
Tuhan (Ibrani 12:14).
Kitab Imamat terbadi dalam dua bagian utama. Fasal 1 - 17 mengemukakan
dasar persekutuan manusia dengan Allah -- nyawa makhluk ada di dalam
darahnya dan Aku telah memberikan darah itu kepadamu di atas mezbah untuk
mengadakan pendamaian bagi nyawamu (Imamat 17:11; Ibrani 9:22). Darah dari binatang yang
dikorbankan menutupi dosa-dosa umat hanya sementara saja dan harus diulang
kembali untuk setiap dosa yang dilakukan secara tidak disengaja. Namun, darah
binatang yang dikorbankan itu melambangkan darah Yesus yang telah
mempersembahkan hanya satu korban saja karena dosa untuk selama-lamanya (Ibrani 10:12; 9:14).[13]
Lima persembahan korban
diperlukan untuk memberi pengertian yang lengkap mengenai berkat-berkat yang
indah yang akhirnya akan datang melalui satu persembahan korban yang terakhir
yaitu kematian Tuhan Yesus Kristus (1 Yohanes 1:7). Bagian yang kedua menjelaskan
tentang tujuh hari raya dalam fasal 18 - 27. Seluruh hari raya maupun korban
persembahan melambangkan tentang Kristus.[14]
Petunjuk pelaksanaan hari-hari raya telah disampaikan di padang gurun
ketika seluruh suku berkumpul di sekitar Kemah Suci, kira-kira 500 tahun
sebelum Bait Allah dibangun. Namun, hari-raya-hari raya itu diberi jarak waktu
agar semua orang yang diam di Tanah Perjanjian itu dapat pergi ke Yerusalem
tiga kali setahun untuk merayakan ketujuh hari raya yang telah diperintahkan
itu -- Tiga kali setahun segala orangmu yang laki-laki harus menghadap ke
hadirat Tuhanmu TUHAN, Allah Israel (Keluaran
34:23).[15]
Perjalanan yang pertama ke Yerusalem dilaksanakan pada bulan pertama tahun
ibadah itu ketika ke tiga Hari Raya diperingati: (1) Hari Raya Paskah, yang
mulai pada malam hari yang ke 14; (b) Hari Raya Roti Tidak Beragi, mulai pada
hari ke15 dan berlangsung terus selama seminggu; dan (c) Hari Raya Hulu Hasil, pada
hari sesudah Sabat dalam minggu itu (Imamat
23:1-44).[16]
Perjalanan kedua, yang dilaksanakan tujuh minggu kemudian, memperingati
Hari Raya Tujuh Minggu atau yang dikenal dengan Hari Pentakosta -- Kisah 2:1, yang jatuh pada hari Minggu,
pada hari sesudah Sabat, tepatnya 50 hari setelah Hari Raya Hulu Hasil.
Kelompok hari raya yang ketiga diperingati pada bulan ke tujuh. Termasuk di
dalamnya adalah Hari Raya Serunai pada hari pertama; Hari Raya Pendamaian pada
hari ke sepuluh; dan Hari Raya Pondok Daun dari hari ke lima belas sampai hari
ke dua puluh dua.[17]
Selain ke tujuh hari raya juga ada hari Sabat, yang juga dinamakan hari
raya. Ada Sabat mingguan dan beberapa Sabat khusus yang juga sering disebut pertemuan
kudus (Imamat 23:2-4,7-8,21,24,27,35-37). Semua ini merupakan kesempatan
untuk bersekutu bersama-sama dan merayakan kebaikan-kebaikan Tuhan dan
kesempatan mendengarkan ajaran dari FirmanNya yang kudus. Pada saat itu
seorangpun tidak boleh melakukan sesuatu pekerjaan - di segala tempat
kediamanmu (Imamat 23:3,14,21,31).[18]
Kitab Bilangan
Kitab Bilangan mengulangi kembali sejarah Israel sejak mereka tiba di
Gunung Sinai sampai mereka mencapai kawasan Lembah Moab hampir 40 tahun
kemudian.[19]
Kitab ini terbagi dalam tiga bagian :
Pertama, Peristiwa-peristiwa yang terjadi di
Gunung Sinai, Bilangan 1:1 - 10:10 Setelah umat Israel berada di Gunung Sinai selama
kira-kira satu tahun, Tuhan menyuruh agar menghitung jumlah seluruh laki-laki
yang berusia 20 tahun ke atas. Perhitungan itu menyatakan bahwa ada 603,550
laki-laki yang memenuhi syarat untuk menjadi tentara Israel.
Kedua, Peristiwa-peristiwa selama 38 tahun
pengembaraan di padang gurun, Bilangan 10:11 - 21:35.[20] Pada hari ke dua puluh bulan kedua
pada tahun kedua, Tuhan mengangkat awan hadiratNya dari Kemah Suci lalu umat Israel
mengikuti awan yang bergerak maju menuju Kades-barnea, kira-kira 160 mil ke
arah utara. Namun tak lama kemudian orang banyak itu mulai bersungut-sungut dan
memberontak (Bilangan
11:1-10; Mazmur 78:30-37; 106:13-14). Akhirnya umat Israel itu tiba di
Kades-barnea, dan di tempat itu umat Israel memaksa untuk mengintai dahulu
keadaan Tanah Perjanjian itu sebelum memasukinya (Bilangan
13-14; Ulangan
1:22-40).
Dua belas pengintai diutus dan ketika mereka kembali 40 hari kemudian (Bilangan
13:25), 10 dari
mereka mengajukan keberatan untuk memasuki tanah itu karena ada raksasa-raksasa
dan tembok
yang kokoh yang mengelilingi kota-kota di negeri itu. Walaupun Yosua dan Kaleb memberi jaminan: Tuhan menyertai kita; janganlah takut kepada mereka (Bilangan 13:30; 14:9). Namun segenap umat mengancam hendak melontari kedua orang itu (Yosua dan Kaleb) dengan batu (Bilangan 14:10).
yang kokoh yang mengelilingi kota-kota di negeri itu. Walaupun Yosua dan Kaleb memberi jaminan: Tuhan menyertai kita; janganlah takut kepada mereka (Bilangan 13:30; 14:9). Namun segenap umat mengancam hendak melontari kedua orang itu (Yosua dan Kaleb) dengan batu (Bilangan 14:10).
Pemberontakan umat Israel berakibat 38 tahun pengembaraan yang sia-sia di
padang gurun sampai seluruh orang yang berusia 20 tahun ke atas meninggal.
Hanya Yosua dan Kaleb, yang beriman dari generasi pertama yang akhirnya
memasuki tanah itu.
Pemberontakan yang lain terjadi ketika Korah, Datan, Abiram beserta 250
orang terkemuka dari umat itu berkumpul menentang kepemimpinan Musa dan Harun.
Allah menegaskan dukunganNya terhadap kepemimpinan Musa dengan mengirimkan
gempa bumi yang mengakibatkan tanah terbelah dan menelan mereka yang
membangkang itu. Karena mereka tidak mau mengakui peristiwa ini sebagai hukuman
dari Allah, maka umat langsung mengecam Musa dan Harun sehingga berakibat
14,700 pembangkang meninggal (Bilangan 16:49; 17:10).
Kemudian, ketika umat itu kembali bersungut terhadap Musa, ribuan dari
mereka dipagut oleh ular berbisa dan meninggal. Musa kemudian memohon doa
kepada Tuhan dan Tuhan menuruhnya untuk menaikkan ular tembaga pada sebuah tiang
agar setiaporang yang memandang ular itu akan sembuh (Bilangan
21:4-9).
Ketika mereka berangkat menuju ke arah utara, umat Israel berjumpa dengan
Sihon, raja Amori, dan Og, raja Basan. Bangsa Israel berhasil mengalahkan
keduanya dalam medan peperangan dan menduduki wilayah mereka di sebelah timur
sungai Yordan dan Laut Mati (Bilangan 21:21-35).
Ketiga, Peristiwa-peristiwa yang terjadi di
Lembah Moab: Petunjuk-petunjuk untuk penaklukkan, Bilangan 22:1 - 36:13.[21]
Dalam persiapan memasuki tanah Kanaan, umat Israel berkumpul di padang
Lembah Moab. Padang ini terletak di sebelah utara Laut Mati, ke arah timur
Sungai Yordan, bersebelahan dengan Yerikho, kira-kira 230 mil dari Gunung
Sinai. Peristiwa ini diikuti dengan upaya dari Balak, Balaam, dan orang-orang
Midian yang ingin menaklukkan umat Allah dengan cara membujuk mereka untuk
berbuat kejahatan moral. Dan oleh karena kejahatan mereka, 24,000 orang Israel
meninggal (Bilangan 22:12; 25:1-9). Allah mengharuskan kematian seluruh orang Midian
dan mereka membunuh Balaam dengan pedang (Bilangan
31:1-18).[22]
Kemudian Tuhan menyuruh Musa dan Eliezer untuk menghitung kembali semua
laki-laki yang berusia 20 tahun ke atas dari generasi yang baru, seperti yang
telah dilakukan 38 tahun sebelumnya di Gunung Sinai. Hasil perhitungan
berjumlah 601,730 orang (Bilangan
26:51).[23]
Kitab Ulangan
Kitab ini merupakan pengalangan supaya mereka mentaati Firman Allah (Ulangan
4:1-40). Ia
mengingatkan umat bahwa Tuhan telah mengadakan perjanjian dengan mereka di
Horeb (Gunung Sinai). Kemudian, sesudah menegaskan kembali Ke Sepuluh Hukum
kepada mereka (Ulangan 4:44; 5:33), Musa juga mengingatkan untuk tidak melupakan Allah
nenek moyang mereka, yang adalah satu-satunya Allah yang benar, dan
menasihatkan umat untuk tetap mengasihi Tuhan (Ulangan
6:1-25). Juga
pentingnya ketaatan kepada Firman Tuhan ditekankan dan perlunya mengajarkannya
dengan giat kepada anak-anak mereka. Termasuk dalam nasihat-nasihat ini adalah
awasan tentang hukuman yang akan menimpa para penyembah berhala dan bahayanya
sikap bersandar kepada kemampuan diri sendiri dan sikap melupakan Allah (Ulangan 8:1 - 10:5).[24]
Musa juga menegaskan tentang kehidupan yang penuh dengan ketaatan dan kasih
dengan mengatakan: Maka sekarang, hai orang Israel, apakah yang dimintakan
dari padamu oleh Tuhan Allahmu, selain dari mengasihi Dia, beribadah kepada
Tuhan Allahmu, dengan segenap hatimu dan berpegang pada perintah dan ketetapan
Tuhan yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, supaya baik keadaanmu (Ulangan
10:12-13).[25]
Nasihat ini diikuti dengan petunjuk mengenai tempat beribadah di Tanah
Perjanjian (Ulangan
12:10-14). Selain itu, mereka juga harus menghancurkan segala bentuk agama yang
palsu - termasuk mezbah-mezbah, patung-patung dan kota-kota yang menjadi pusat
berhala-berhala. Setiap orang yang merayu orang lain untuk menyembah berhala
harus dibunuh (Ulangan 12:1-3,29-32; 13:1-18).
Juga kitab ini berisi nasihat-nasihat tentang pemerintahan, kehidupan
pribadi dan sosial, pentingnya memberi persepuluhan dan korban-korban
persembahan (Ulangan 12:5-28; 14:22-29), dan pelaksanaan tiga hari raya
yang besar yaitu Paskah, Pentakosta, dan Pondok Daun (Ulangan
16:1-17). Juga yang tidak kalah penting adalah nubuatan mengenai seorang Nabi
dari tengah-tengahmu, dari antara saudara-saudaramu, sama seperti aku (Musa);
dialah (Kristus) yang harus kamu dengarkan (Ulangan 18:
15). Seribu
lima ratus tahun kemudian, Petrus menerapkan nubuatan ini kepada Kristus (Kisah 3:
22-23),
sebagaimana juga dilakukan oleh Stefanus (Kisah 7:37; lihat juga John 1:21).[26]
Musa ingin membaharui kembali perjanjian Tuhan yang telah disampaikan di
gunung Sinai (Horeb) yang berisi di antaranya adalah berkat-berkat terhadap
ketaatan dan kutuk terhadap ketidaktaatan (Ulangan 27:1 - 28:68). Setelah menyeberang masuk ke Tanah Perjanjian, umat
Israel harus mempersembahkan korban bakaran dan korban perdamaian, dan harus
mengukirkan Huku Allah pada dua tiang batu yang akan didirikan di gunung Ebal
di mana di tempat itu mereka juga harus mengucapkan kutuk terhadap ketidaktaatan.
Berkat-berkat untuk ketaatan harus disampaikan dari Gunung Gerizim.[27]
Musa kembali menasihatkan umat Israel untuk mengasihi Tuhan mendengarkan
suaraNya berpaut padaNya, sebab Ia adalah sumber kehidupanmu (Ulangan 30:20). Kemudian Musa disuruh menulis
sebuah nyanyian yang Allah berikan kepadanya dan kemudian mengajarkannya kepada
umat sebagai saksi bagiKu (Allah) (Ulangan 31:19-22,30; 32:1-43). Kitab ini berakhir dengan Yosua,
yang diperintahkan oleh Musa untuk mengambil alih sebagai pemimpin umat Israel.
Istilah-istilah kunci seperti mentaati dan melakukan terdapat
lebih dari 170 kali dalam kitab ini.[28]
Komentar
Posting Komentar