Langsung ke konten utama

Mengenal Kitab Torah (Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan, Ulangan)



Kitab Kejadian

Kalimat pertama pada satu-satunya wahyu Allah kepada manusia ini diawali dengan perkataan: Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi (Kejadian 1:1). Kitab Kejadian adalah buku pertama dari lima buku yang diilhamkan Allah kepada Musa untuk ditulis.[1] Pemahaman tentang Kejadian sangat penting agar kita dapat memperoleh pengetian mengenai Sang Pencipta kita dan rencanaNya bagi kehidupan kita. Kejadian mengungkapkan kebenaran-kebenaran mendasar mengenai Allah sebagai Pencipta, Penyelamat yang penuh kemurahan, Pemimpin, dan Pemelihara, serta Hakim bagi mereka yang tidak memperdulikanNya.[2] Kitab ini berisi satu-satunya laporan yang akurat mengenai asal usul dunia ini; penciptaan manusia, penetapan perkawinan, dan keluarga serta bagaimana kita ditetapkan untuk mengalami kematian karena dosa maupun apa yang kita harus lakukan untuk beroleh hidup kekal.
Ketika Yesus ditanya oleh para pengeritikNya mengenai perceraian, Ia tidak hanya menegaskan tentang keabsahan kitab Kejadian, melainkan Ia juga membeberkan kepalsuan Teori Evolusi. Kristus mengutip kitab
Kejadian dengan mengatakan: Tidakkah kamu baca, bahwa Ia yang menciptakan manusia sejak semula menjadikan mereka laki-laki dan perempuan? Dan firmanNya: Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging? (
Matius 19:4-6; Kejadian 1:27; 2:24). Kristus pula menegaskan tentang hubungan Kitab Kejadian dengan iman seseorang kepadaNya, dengan berkata: Sebab jikalau kamu percaya kepada Musa, tentu kamu akan percaya juga kepadaKu, sebab ia telah menulis tentang Aku (Yohanes 5:46).[3]
Kehandalan historis dari Kitab Kejadian jelas nyata dalam Injil Matius ketika Yesus berbicara tentang Nuh (Matius 24:37-38; Kejadian 6:5,13; 7:6-23), dan tentang Sodom dan Gomorah (Matius 10:15; Kejadian 19:24-25). Firman Tuhan tidak perlu pengukuhan dari pihak manusia; apabila kesimpulan yang diambil oleh para arkeolog atau astronom bertentangan dengan Firman Allah, maka itu jelas membuktikan bahwa kesimpulan berdasarkan pikiran para ilmuwan yang terbatas itu telah keliru.[4]
Allah Tritunggal terlihat dalam fasal 1 yang mengatakan: Allah menciptakan ..... Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air .... Baiklah Kita menciptakan manusia menurut gambar dan rupa Kita (Kejadian 1:1-2,26). Yesus juga mengatakan: Segala sesuatu dijadikan oleh Dia (Yohanes 1:3. Tujuan Alkitab bukan untuk menjadikan kita sebagai astronom, geolog, atau antropolog, melainkan untuk menuntun kita agar kita dapat menjadi manusia yang sesuai dengan tujuan penciptaan Allah terhadap kita. Selanjutnya, Alkitab adalah Satu-satunya Sumber yang benar untuk memahami tujuan hidup manusia, serta menyiapkan kita memperoleh kehidupan kekal di Sorga bersama-sama dengan Sang Pencipta kita.
Fasal 1 -- 11 mencatat tentang 2.000 tahun pertama dari sejarah manusia. Sepanjang periode itu, enam peristiwa penting terjadi: (1) penciptaan segala sesuatu; (2) dosa Adam dan Hawa; (3) 1500 tahun kemudian, pembangunan bahtra oleh Nuh; (4) Air Bah; (5) 300 tahun kemudian, pembangunan menara Babel; dan (6) pengacauan bahasa manusia.[5]
Fasal 12 -- 50 mencakup 500 tahun* berikutnya yang menyoroti kehidupan empat tokoh yaitu Abraham, Ishak, Yakub, dan Yusuf. Melalui tokoh-tokoh ini, kita menyaksikan kasih dan kesediaan Allah untuk melindungi dan memelihara umatNya.[6]
Jadi kitab Kejadian mengantar pembaca untuk melihat karya penebusan Allah, sebagaimana Wahyu, kitab terakhir, menubuatkan tentang bagaimana segala sesuatu yang ada sekarang akan berakhir pada permulaan kekekalan itu.

Kitab Keluaran

Fasal-fasal terakhir dalam Kejadian menceritakan bagaimana Yakub dan keluarganya berangkat ke Mesir pada waktu Yusuf sedang menduduki jabatan tertinggi di bawah raja Firaon di Mesir. Pada waktu itu, keluarga Yakub berjumlah 70 orang. Karena Yusuflah maka Firaun memberikan tanah Gosen, suatu kawasan yang sangat subur di Mesir, sebagai tempat kediaman umat Israel. Setelah kematian Yusuf, martabat yang tinggi yang pernah dirasakan umat Israel di Mesir berangsur pudar.[7]
Keluaran berarti “keberangkatan” (Ibrani 11:22). Kitab ini melanjutkan cerita tentang sejarah keturunan ke dua belas anak Yakub. Dalam fasal pertama kitab ini, hanya dua ayat singkat (Keluaran 1:11-12) yang menceritakan tentang perkataan yang difirmankan Allah kepada Abraham: Keturunanmu akan menjadi orang asing dalam suatu negeri, yang bukan kepunyaan mereka, dan bahwa mereka akan diperbudak dan dianiaya, empat ratus tahun lamanya (Kejadian 15:13; Kisah 7:6).[8]
Fasal 1 - 11 mencakup periode ketika bangsa Israel diperbudak oleh bangsa Mesir dan mengalami banyak penganiayaan. Sesuai waktu yang telah ditetapkanNya, Allah menyuruh Musa menimpakan ke seuluh bela (bencana) ke atas Mesir. Mengenai bela yang ke sepuluh dan yang terparah itu, kita membaca: Sebab pada malam ini Aku akan menjalani tanah Mesir, dan semua anak sulung dari anak manusia sampai anak binatang, akan Kubunuh, dan kepada semua allah di Mesir akan Kujatuhkan hukuman, Akullah, Tuhan (Keluaran 12:12). Ia mengutus malaikat maut ke seluruh negeri yang tidak percaya itu untuk melaksanakan perintahNya.[9]
Fasal 12 -- 13 menyiapkan cara kelepasan yang ajaib bangsa Israel dari tangan bangsa Mesir. Ini terjadi karena ketaatan mereka ketika mereka dengan iman membubuhkan darah ke atas pintu rumah, memakan daging anak domba Paskah dan roti yang tidak beragi dengan terburu-buru, dan bersiap berangkat sesuai perintah Musa. Pada waktu mereka dilepaskan dari perbudakan, jumlah umat Israel adalah 600,000 orang. Jumlah ini tidak termasuk wanita dan anak-anak maupun orang-orang dari berbagai bangsa yang ikut dengan mereka (Keluaran 12:37-38). Jumlah keseluruhan diperkirakan dua juta orang yang berangkat dari Mesir setelah perhambaaan selama 400 tahun, seperti yang telah diberitahukan sebelumnya (Kejadian 15:13).[10]
Fasal 14 -- 18 melaporkan tentang perjalanan bangsa Israel dari Laut Mati ke Gunung Sinai, yang berlangsung selama kira-kira 50 hari.
Fasal 19 -- 40 terjadi di Gunung Sinai yang mencakup hanya kira-kira 11 bulan. Di tempat ini Allah memberikan Ke Sepuluh HukumNya dan petunjuk rinci mengenai pembangunan Kemah Suci serta persembahan korban.[11]
Kemah Suci melambangkan kehidupan dan misi Kristus. Mulai dari sejak imam memasuki kawasan tertutup di pelataran Kemah Suci sampai ia memasuki Ruang Maha Suci, setiap prosedur melambangkan tentang Kristus dan hubungan orang percaya dengan Tuhan.[12]
Jadi, Kitab Keluaran menceritakan bagaimana Allah memenuhi janji-janji yang telah disampaikanNya kepada Abraham serta perlindungan dan pemeliharaan Tuhan terhadap umatNya dalam menghadapi berbagai kesulitan dan musuh-musuh mereka yang kejam.


Kitab imamat
kitab ini. Walaupun keimaman Lewi dan sistim pengorbanan telah berhenti, namun prinsip-prinsip yang sama ini masih cocok diterapkan bagi orang-orang Kristen pada masa kini. Karena tanpa kekudusan, tidak seorangpun melihat Tuhan (Ibrani 12:14).
Kitab Imamat terbadi dalam dua bagian utama. Fasal 1 - 17 mengemukakan dasar persekutuan manusia dengan Allah -- nyawa makhluk ada di dalam darahnya dan Aku telah memberikan darah itu kepadamu di atas mezbah untuk mengadakan pendamaian bagi nyawamu (Imamat 17:11; Ibrani 9:22). Darah dari binatang yang dikorbankan menutupi dosa-dosa umat hanya sementara saja dan harus diulang kembali untuk setiap dosa yang dilakukan secara tidak disengaja. Namun, darah binatang yang dikorbankan itu melambangkan darah Yesus yang telah mempersembahkan hanya satu korban saja karena dosa untuk selama-lamanya (Ibrani 10:12; 9:14).[13]
Lima persembahan korban diperlukan untuk memberi pengertian yang lengkap mengenai berkat-berkat yang indah yang akhirnya akan datang melalui satu persembahan korban yang terakhir yaitu kematian Tuhan Yesus Kristus (1 Yohanes 1:7). Bagian yang kedua menjelaskan tentang tujuh hari raya dalam fasal 18 - 27. Seluruh hari raya maupun korban persembahan melambangkan tentang Kristus.[14]
Petunjuk pelaksanaan hari-hari raya telah disampaikan di padang gurun ketika seluruh suku berkumpul di sekitar Kemah Suci, kira-kira 500 tahun sebelum Bait Allah dibangun. Namun, hari-raya-hari raya itu diberi jarak waktu agar semua orang yang diam di Tanah Perjanjian itu dapat pergi ke Yerusalem tiga kali setahun untuk merayakan ketujuh hari raya yang telah diperintahkan itu -- Tiga kali setahun segala orangmu yang laki-laki harus menghadap ke hadirat Tuhanmu TUHAN, Allah Israel (Keluaran 34:23).[15]
Perjalanan yang pertama ke Yerusalem dilaksanakan pada bulan pertama tahun ibadah itu ketika ke tiga Hari Raya diperingati: (1) Hari Raya Paskah, yang mulai pada malam hari yang ke 14; (b) Hari Raya Roti Tidak Beragi, mulai pada hari ke15 dan berlangsung terus selama seminggu; dan (c) Hari Raya Hulu Hasil, pada hari sesudah Sabat dalam minggu itu (Imamat 23:1-44).[16]
Perjalanan kedua, yang dilaksanakan tujuh minggu kemudian, memperingati Hari Raya Tujuh Minggu atau yang dikenal dengan Hari Pentakosta -- Kisah 2:1, yang jatuh pada hari Minggu, pada hari sesudah Sabat, tepatnya 50 hari setelah Hari Raya Hulu Hasil.
Kelompok hari raya yang ketiga diperingati pada bulan ke tujuh. Termasuk di dalamnya adalah Hari Raya Serunai pada hari pertama; Hari Raya Pendamaian pada hari ke sepuluh; dan Hari Raya Pondok Daun dari hari ke lima belas sampai hari ke dua puluh dua.[17]
Selain ke tujuh hari raya juga ada hari Sabat, yang juga dinamakan hari raya. Ada Sabat mingguan dan beberapa Sabat khusus yang juga sering disebut pertemuan kudus (Imamat 23:2-4,7-8,21,24,27,35-37). Semua ini merupakan kesempatan untuk bersekutu bersama-sama dan merayakan kebaikan-kebaikan Tuhan dan kesempatan mendengarkan ajaran dari FirmanNya yang kudus. Pada saat itu seorangpun tidak boleh melakukan sesuatu pekerjaan - di segala tempat kediamanmu (Imamat 23:3,14,21,31).[18]



 Kitab Bilangan
Kitab Bilangan mengulangi kembali sejarah Israel sejak mereka tiba di Gunung Sinai sampai mereka mencapai kawasan Lembah Moab hampir 40 tahun kemudian.[19] Kitab ini terbagi dalam tiga bagian :
Pertama, Peristiwa-peristiwa yang terjadi di Gunung Sinai, Bilangan 1:1 - 10:10  Setelah umat Israel berada di Gunung Sinai selama kira-kira satu tahun, Tuhan menyuruh agar menghitung jumlah seluruh laki-laki yang berusia 20 tahun ke atas. Perhitungan itu menyatakan bahwa ada 603,550 laki-laki yang memenuhi syarat untuk menjadi tentara Israel.
Kedua, Peristiwa-peristiwa selama 38 tahun pengembaraan di padang gurun, Bilangan 10:11 - 21:35.[20] Pada hari ke dua puluh bulan kedua pada tahun kedua, Tuhan mengangkat awan hadiratNya dari Kemah Suci lalu umat Israel mengikuti awan yang bergerak maju menuju Kades-barnea, kira-kira 160 mil ke arah utara. Namun tak lama kemudian orang banyak itu mulai bersungut-sungut dan memberontak (Bilangan 11:1-10; Mazmur 78:30-37; 106:13-14). Akhirnya umat Israel itu tiba di Kades-barnea, dan di tempat itu umat Israel memaksa untuk mengintai dahulu keadaan Tanah Perjanjian itu sebelum memasukinya (Bilangan 13-14; Ulangan 1:22-40).
Dua belas pengintai diutus dan ketika mereka kembali 40 hari kemudian (Bilangan 13:25), 10 dari mereka mengajukan keberatan untuk memasuki tanah itu karena ada raksasa-raksasa dan tembok
yang kokoh yang mengelilingi kota-kota di negeri itu. Walaupun Yosua dan Kaleb memberi jaminan: Tuhan menyertai kita; janganlah takut kepada mereka (
Bilangan 13:30; 14:9). Namun segenap umat mengancam hendak melontari kedua orang itu (Yosua dan Kaleb) dengan batu (Bilangan 14:10).
Pemberontakan umat Israel berakibat 38 tahun pengembaraan yang sia-sia di padang gurun sampai seluruh orang yang berusia 20 tahun ke atas meninggal. Hanya Yosua dan Kaleb, yang beriman dari generasi pertama yang akhirnya memasuki tanah itu.
Pemberontakan yang lain terjadi ketika Korah, Datan, Abiram beserta 250 orang terkemuka dari umat itu berkumpul menentang kepemimpinan Musa dan Harun. Allah menegaskan dukunganNya terhadap kepemimpinan Musa dengan mengirimkan gempa bumi yang mengakibatkan tanah terbelah dan menelan mereka yang membangkang itu. Karena mereka tidak mau mengakui peristiwa ini sebagai hukuman dari Allah, maka umat langsung mengecam Musa dan Harun sehingga berakibat 14,700 pembangkang meninggal (Bilangan 16:49; 17:10).
Kemudian, ketika umat itu kembali bersungut terhadap Musa, ribuan dari mereka dipagut oleh ular berbisa dan meninggal. Musa kemudian memohon doa kepada Tuhan dan Tuhan menuruhnya untuk menaikkan ular tembaga pada sebuah tiang agar setiaporang yang memandang ular itu akan sembuh (Bilangan 21:4-9).
Ketika mereka berangkat menuju ke arah utara, umat Israel berjumpa dengan Sihon, raja Amori, dan Og, raja Basan. Bangsa Israel berhasil mengalahkan keduanya dalam medan peperangan dan menduduki wilayah mereka di sebelah timur sungai Yordan dan Laut Mati (Bilangan 21:21-35).
Ketiga, Peristiwa-peristiwa yang terjadi di Lembah Moab: Petunjuk-petunjuk untuk penaklukkan, Bilangan 22:1 - 36:13.[21]
Dalam persiapan memasuki tanah Kanaan, umat Israel berkumpul di padang Lembah Moab. Padang ini terletak di sebelah utara Laut Mati, ke arah timur Sungai Yordan, bersebelahan dengan Yerikho, kira-kira 230 mil dari Gunung Sinai. Peristiwa ini diikuti dengan upaya dari Balak, Balaam, dan orang-orang Midian yang ingin menaklukkan umat Allah dengan cara membujuk mereka untuk berbuat kejahatan moral. Dan oleh karena kejahatan mereka, 24,000 orang Israel meninggal (Bilangan 22:12; 25:1-9). Allah mengharuskan kematian seluruh orang Midian dan mereka membunuh Balaam dengan pedang (Bilangan 31:1-18).[22]
Kemudian Tuhan menyuruh Musa dan Eliezer untuk menghitung kembali semua laki-laki yang berusia 20 tahun ke atas dari generasi yang baru, seperti yang telah dilakukan 38 tahun sebelumnya di Gunung Sinai. Hasil perhitungan berjumlah 601,730 orang (Bilangan 26:51).[23]



Kitab Ulangan
Kitab ini merupakan pengalangan supaya mereka mentaati Firman Allah (Ulangan 4:1-40). Ia mengingatkan umat bahwa Tuhan telah mengadakan perjanjian dengan mereka di Horeb (Gunung Sinai). Kemudian, sesudah menegaskan kembali Ke Sepuluh Hukum kepada mereka (Ulangan 4:44; 5:33), Musa juga mengingatkan untuk tidak melupakan Allah nenek moyang mereka, yang adalah satu-satunya Allah yang benar, dan menasihatkan umat untuk tetap mengasihi Tuhan (Ulangan 6:1-25). Juga pentingnya ketaatan kepada Firman Tuhan ditekankan dan perlunya mengajarkannya dengan giat kepada anak-anak mereka. Termasuk dalam nasihat-nasihat ini adalah awasan tentang hukuman yang akan menimpa para penyembah berhala dan bahayanya sikap bersandar kepada kemampuan diri sendiri dan sikap melupakan Allah (Ulangan 8:1 - 10:5).[24]
Musa juga menegaskan tentang kehidupan yang penuh dengan ketaatan dan kasih dengan mengatakan: Maka sekarang, hai orang Israel, apakah yang dimintakan dari padamu oleh Tuhan Allahmu, selain dari mengasihi Dia, beribadah kepada Tuhan Allahmu, dengan segenap hatimu dan berpegang pada perintah dan ketetapan Tuhan yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, supaya baik keadaanmu (Ulangan 10:12-13).[25] Nasihat ini diikuti dengan petunjuk mengenai tempat beribadah di Tanah Perjanjian (Ulangan 12:10-14). Selain itu, mereka juga harus menghancurkan segala bentuk agama yang palsu - termasuk mezbah-mezbah, patung-patung dan kota-kota yang menjadi pusat berhala-berhala. Setiap orang yang merayu orang lain untuk menyembah berhala harus dibunuh (Ulangan 12:1-3,29-32; 13:1-18).
Juga kitab ini berisi nasihat-nasihat tentang pemerintahan, kehidupan pribadi dan sosial, pentingnya memberi persepuluhan dan korban-korban persembahan (Ulangan 12:5-28; 14:22-29), dan pelaksanaan tiga hari raya yang besar yaitu Paskah, Pentakosta, dan Pondok Daun (Ulangan 16:1-17). Juga yang tidak kalah penting adalah nubuatan mengenai seorang Nabi dari tengah-tengahmu, dari antara saudara-saudaramu, sama seperti aku (Musa); dialah (Kristus) yang harus kamu dengarkan (Ulangan 18: 15). Seribu lima ratus tahun kemudian, Petrus menerapkan nubuatan ini kepada Kristus (Kisah 3: 22-23), sebagaimana juga dilakukan oleh Stefanus (Kisah 7:37; lihat juga John 1:21).[26]
Musa ingin membaharui kembali perjanjian Tuhan yang telah disampaikan di gunung Sinai (Horeb) yang berisi di antaranya adalah berkat-berkat terhadap ketaatan dan kutuk terhadap ketidaktaatan (Ulangan 27:1 - 28:68). Setelah menyeberang masuk ke Tanah Perjanjian, umat Israel harus mempersembahkan korban bakaran dan korban perdamaian, dan harus mengukirkan Huku Allah pada dua tiang batu yang akan didirikan di gunung Ebal di mana di tempat itu mereka juga harus mengucapkan kutuk terhadap ketidaktaatan. Berkat-berkat untuk ketaatan harus disampaikan dari Gunung Gerizim.[27]
Musa kembali menasihatkan umat Israel untuk mengasihi Tuhan mendengarkan suaraNya berpaut padaNya, sebab Ia adalah sumber kehidupanmu (Ulangan 30:20). Kemudian Musa disuruh menulis sebuah nyanyian yang Allah berikan kepadanya dan kemudian mengajarkannya kepada umat sebagai saksi bagiKu (Allah) (Ulangan 31:19-22,30; 32:1-43). Kitab ini berakhir dengan Yosua, yang diperintahkan oleh Musa untuk mengambil alih sebagai pemimpin umat Israel. Istilah-istilah kunci seperti mentaati dan melakukan terdapat lebih dari 170 kali dalam kitab ini.[28]




Komentar

CHOICE

Konsep Penyucian/Pengudusan (Santification)

Konsep Penyucian/Pengudusan (Santification ) Penyucian atau pengudusan adalah pemisahan untuk maksud khusus yang meliputi penyerahan diri. Dalam PL biasanya imam-imam, nabi-nabi, bait Allah, dipisahkan untuk pelayanan lepada Allah. [1] Istilah Penyucian atau pengudusan dalam bahasa Ibrani “qados atau qodes” yang berarti menyucikan. Dalam Perjanjian Baru kata Penyucian atau pengudusan “hagiazo” yang berasal dari kata hagios yang artinya pemisahan. Secara teologis, kata pengudusan berarti dipisahkan dan disisihkan dari dosa atau dipisahkan dari dunia dalam arti bahwa segala sesuatu yang berasal dari dunia merupakan bukan milik Allah, oleh karena itu harus dijadikan kudus, dengan tujuan agar sesuai dengan sifat dan karakter Allah yang kudus. Jadi dalam hal ini standar kekudusan manusia berada dalam tangan Allah melalui penebusan Kristus bagi umat-Nya (I Kor. 1:13). [2] Dasar Pengudusan Dalam hubungan dengan pengalam Kristen penyucian meliputi tiga dasar utama yaitu. Perta

Konsep Pendamaian (Reconciliation)

Konsep Pendamaian (Reconciliation) Konsep pendamaian bukan hal baru diketahui akan tetapi konsep ini sudah ada dalam Perjanjian Lama Yesaya 53:5. [1] Walvoord, menungkapkan kata pendamaian dalam Perjanjian Lama diartikan “Kaphar” (Im. 6:30; 8: 15; 16:20; Yeh. 45:15; 17; 20; Dan. 9:24). Kata ini dipakai orang untuk menutup kapal kayu dengan pakal (Kej. 6:14) akan tetapi diterjemahkan dalam bentuk lain yaitu “Piel” artinya memperoleh pengampunan atau memperdamaikan. [2] Kata pendamaian berasal Yunani “ Katallage dan Katallaso” artinya penyesuaian perbedaan yang menimbulkan permusuhan dua pihak dengan menggunakan alat penukar tertentu. Sehingga lewat itu hubungan atau relasi baru tercipta. [3] Hal senanda juga diungkapkan oleh Walvoord, kata pendamaian berasal dari bahasa Yunani Kattallaso (Rm. 5:10; 1Kor. 7: 11; 2 Kor. 5:18-20) dan Katallage (Rm. 5:11; 11:15; 2 Kor. 5: 18-19) yang memiliki pengertian memperdamaikan sepenuhnya. [4] Dalam Roma   10- 11 menungkapkan Sebab ji

Cara memahami Bahasa Roh secara Lengkap

Bahasa Roh Topik bahasa roh dan profetik merupakan topik yang selalu hangat dibicarakan, bahkan dengan banyaknya perbedaan pandangan mengenai topik ini banyak perpecahan terjadi dalam gereja Tuhan. Di antara orang kristen banyak muncul pertanyaan ketika sebagian orang mengalami sendiri bagaimana mereka merasa bisa berbahasa roh dan mendapat karunia-karunia yang tidak dimiliki orang pada umumnya , sementara banyak orang yang tidak mengalami fenomena tersebut meragukan dan cenderung menganggap sesat. Memang cukup rumit ketika kita mencoba menggali kebenaran mengenai fenomena bahasa roh atau bahasa lidah dalam Alkitab. Kerumitan ini tidak jarang memunculkan pemahaman yang salah dan tanpa sadar terlalu dibesar-besarkan sehingga jemaat   Tuhan justru kehilangan hal yang kebenaran penting yang menyangkut persatuan kita dengan Kristus dan dasar untuk hidup kudus. Karena itu perlu bagi jemaat pada umumnya dan menjadi keinginan penulis pada khususnya untuk mempelajari lebih mendalam

SOTERIOLOGI (KESELAMATAN)

SOTERIOLOGI (KESELAMATAN) Tidak ada doktrin yang lebih memerlukan penjelasan yang terang dan jelas dari doktrin keselamatan. Dari sudut rohani, pengetahuan tentang doktrin ini menjadi soal hidup dan mati. Tidak dapat dipungkirin bahwa didunia ini banyak orang memeluk faham Universalisme atau telah berpaling kepada sinkritisme. Itulah sebabnya penjelasan firman Tuhan yang berhubungan dengan diktrin keselamatan menjada sangat penting. Untuk jangka waktu yang cukup lama, teologi telah dianggap sebagai ratu ilmu pengetahuan sedangkan teologi sistematika disebut sebagai mahkota sang ratu. Istilah teologi berasal dari kalimat kata yunani yaitu theos dan logos. Theos berarti “Allah” dan Logos berarti “kata” atau wejangan atau ajaran. Dengan demikian secara sempit Teologi dapat diartikan sebagai ajaran tentang Allah. [1] namun dalam artian yang lebih luas dan lebih umum, teologi kemudian mendapatkan pemahaman sebagai ajaran yang menyeluruh tentang kekristenan dan bukan hanya ajaran t

MENGENAL KITAB EZRA

KITAB EZRA PENULIS, TEMA DAN TANGGAL PENULISAN Kitab ini ditulis oleh Ezra sendiri dengan tema “Pemulihan Kaum Sisa”, ditulis pada 450-450 SM. LATAR BELAKANG Kitab Ezra adalah bagian dari sejarah yang berkesinambungan dari orang Yahudi yang ditulis setelah masa pembuangan, terdiri atas 1 dan 2 Tawarikh, Ezra, dan Nehemia. Dalam PL Ibrani, Ezra dan Nehemia semulanya satu kitab sebagaimana halnya 1 dan 2 Tawarikh. Para ahli Alkitab pada umumnya beranggapan bahwa sejarah yang disajikan dalam kitab-kitab ini pertama-tama merupakan karya yang terilham dari seorang pengarang pada masa pasca pembuangan. Sekalipun penulisnya tidak pernah disebutkan dalam Alkitab, tetapi hampir semua sumber Yahudi dan Kristen, serta juga banyak ahli modern, percaya bahwa pengarangnya adalah Ezra, imam dan ahli Taurat itu. Menurut tradisi, Ezralah yang mengumpulkan semua kitab PL menjadi satu unit, memulai bentuk ibadah yang dipakai di sinagoge dan mendirikan Sinagoge Besar di Yerusalem di mana k

HIDUP YANG BERDAMPAK

Matius 5:13-16 "Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga." (Matius 5:16) Saya percaya setiap orang memiliki potensi memengaruhi orang lain di sekitarnya. Pengaruh itu bisa saja positif dan negatif. Orang yang membawa pengaruh positif biasanya disebut  motivator  atau  inspirator, di mana keberadaannya mampu memotivasi orang lain mengikuti jejaknya atau menjadi inspirasi bagi orang lain. Akan teyapi orang yang membawa pengaruh negatif atau buruk terhadap orang lain biasanya disebut  provokator:  ia memprovokasi orang lain untuk melakukan tindakan yang negatif. Begitu pula dalam kehidupan percaya kita. Tuhan menginginkan setiap orang percaya memiliki kehidupan yang berdampak atau berpengaruh bagi dunia. Dampak atau pengaruh yang dimaksudkan adalah positif, bukan negatif. Dengan kata lain kita harus bisa memengaruhi orang-orang sekitar melalui teladan hidup yang positif dan m

Bertahan Dalam Penolakan

Markus 6:1-5  Kemudian Yesus berangkat dari situ dan tiba di tempat asal-Nya, sedang murid-murid-Nya mengikuti Dia. Pada hari Sabat Ia mulai mengajar di rumah ibadat dan jemaat yang besar takjub ketika mendengar Dia dan mereka berkata: "Dari mana diperoleh-Nya semuanya itu? Hikmat apa pulakah yang diberikan kepada-Nya? Dan mujizat-mujizat yang demikian bagaimanakah dapat diadakan oleh tangan-Nya? Bukankah Ia ini tukang kayu, anak Maria, saudara Yakobus, Yoses, Yudas dan Simon? Dan bukankah saudara-saudara-Nya yang perempuan ada bersama kita?" Lalu mereka kecewa dan menolak Dia. Maka Yesus berkata kepada mereka: "Seorang nabi dihormati di mana-mana kecuali di tempat asalnya sendiri, di antara kaum keluarganya dan di rumahnya." Ia tidak dapat mengadakan satu mujizat pun di sana, kecuali menyembuhkan beberapa orang sakit dengan meletakkan tangan-Nya atas mereka. Berdiri tegak ditengah penolakan Ditolak bukan hal yang di senangi Ditolak bukan tujuan semua o

INTEGRITAS HARGA MATI

Daniel 6 " Allahku telah mengutus malaikat-Nya untuk mengatupkan mulut singa-singa itu, sehingga mereka tidak mengapa-apakan aku,..." (Daniel 6:23) Ketika berada dalam kesulitan, tekanan atau masalah berat biasanya orang mudah sekali melupakan Tuhan, karena mata jasmaninya hanya tertuju kepada besarnya masalah. Daniel adalah salah satu tokoh besar di Alkitab yang pernah melewati masa-masa sulit dalam hidupnya. Kala itu para pejabat tinggi pemerintahan Darius berusaha mencari alasan untuk menuduh dan menyalahkan Daniel dengan meminta raja mengeluarkan surat ketetapan: melarang semua orang menyembah Tuhan, dewa atau manusia lain kecuali kepada raja, dan bagi yang melanggar akan dilemparkan ke gua singa. Siapa Daniel? Daniel Adalah tawanan perang yang ditangkap raja Nebukadnezar yang bersama dengan orang-orang Yahudi dari keluarga raja atau pejabat lainnya diangkut ke Babel untuk dididik dan diperkerjakan di pemerintahan; Daniel bekerja di bawah pemerintahan raja Nebukadnezar